Sebagai satu-satunya perwakilan dari Provinsi Kalbar, Sanggar Bougenville Pontianak berhasil mengukir prestasi gemilang dengan meraih tiga predikat dari empat predikat penilaian. Tarian berjudul Belidak sukses mendapat predikat penyaji terbaik, penata musik terbaik dan penata tari terbaik.
Festival Tari Melayu/Pesisir/Japin se Kalimantan merupakan rangkaian kegiatan memeriahkan Hari Nusantara 2014, yang mana Kalsel mendapat kesempatan menjadi tuan rumah dalam even tahunan nasional ini. Untuk seluruh kegiatannya sendiri dipusatkan di ibu kota Kabupaten Kotabaru, Kota Kotabaru.
Di Kota Kotabaru inilah seluruh kegiatan Hari Nusantara akan berlangsung mengingat sebagian besar wilayah kabupaten tersebut merupakan wilayah kepulauan.
Untuk acara puncaknya sendiri akan berlangsung pada tanggal 13 Desember 2014, yang dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).
Adapun peserta Festival Tari Melayu/ Pesisir/ Japin terdiri dari 12 peserta dari empat provinsi. Satu kelompok asal Kalbar, satu kelompok asal Kaltara, dua kelompok asal Kaltim dan sisanya delapan kelompok dari provinsi Kalsel.
Setelah melalui perjalanan udara yang cukup melelahkan, karena harus transit di empat kota di tiga provinsi, yaitu Pontianak, Ketapang, Pangkalan Bun, Sampit, Banjarmasin, Jumat (5/12) akhirnya sampailah tim kesenian Sanggar Bougenville di bumi Sa-ijaan, tepatnya Kota Kotabaru.
Kematangan persiapan Sanggar Bougenville yang akan membawakan tarian berjudul Belidak sudah terlihat sejak gladiresik pada Sabtu (6/12) pagi. Kesatuan unsur penari dan pemusik dalam membawakan tarian tersebut berhasil menarik perhatian penonton serta warga yang kebetuan lewat, tepatnya di halaman Kantor Bupati Kabupaten Kotabaru tersebut.
Pertama kali aku melihat mereka up di atas panggung waktu gladiresik, sudah kelihatan power dan rasa mereka sama, kualitas penarinya sama rata. Selain itu mereka mampu mengawinkan antara penari dan pemusik menjadi satu kesatuan,” ungkap salah satu juri Boy Rohimi usai pengumuman pemenang, Sabtu (6/12) malam.
Hasil kerja keras proses berkesenian dan persiapan tari Belidak dibuktikan pada malam kegiatan festival tersebut. Sabtu (6/12) malam, disaksikan ratusan pasang mata baik masyarakat dan pejabat pemerintah Kabupaten Kotabaru, tari Belidak dnegan nomor penapilan ke tujuh berhasil menghibur serta menuai tepuk tangan yang meriah.
Tari Belidak sendiri diangkat dari cerita rakyat yang menggambarkan ketenteraman kehidupan masyarakat Melayu Pontianak. Di mana tiba-tiba datanglah roh-roh jahat yang hendak mengganggu. Maka digunakanlah sebuah alat untuk mengusir roh-roh jahat tersebut, yaitu Belidak, sebuah alat mirip pedang terbuat dari kayu belian atau kayu ulin, yang disimpan di balik pintu rumah. Dengan belidak tersebut, mereka berhasil mengusir roh-roh jahat yang mengganggu masyarakat.
Sederet penari dan pemusik yang terlibat di antaranya, Lisani Atika Indallah, Indah Ayuningtyas, Febby Anugerah Utami, Nadia Sarisma Harahap, Nita Prilian Austin, Rheny dan Anggi Putri Dewi. Pemusik, Ya’ Kurniawan, Maulingga Agusta, Muhammad Neza Sepvianis, Ridho Novreza Sanjaya, Rosidin, Ramdhani dan Malik Abdul Aziz. Dengan penata tari, Lisani Atika Indallah, penata musik Yuza Yanis Ch, penata busana Neni Fitriani, dan penata rias Runi Desiana.
Penggarapan apik dan kepercayaan diri yang tinggi dari segenap pendukung Tari Belidak yang beberapa waktu lalu juga telah berprestasi menjadi juara umum pada Festival Tari Daerah se Kalbar, membuatnya layak mendapat tiga predikat terbaik pada malam itu. Penyaji terbaik, penata musik terbaik dan penata tari terbaik berhasil diraih dari empat predikat (penyaji terbaik, musik terbaik, tari terbak dan busana terbaik) penilaian tanpa ranking.
Sebagai juri, Boy menambahkan sudah selayaknya Bougenville mendapat tiga predikat terbaik tersebut. Dirinya memuji kualitas penari yang sama rata bagusnya, juga para pemusik yang dinilai mampu menyambung ritme suasana dengan pas.
“Kita tahu Bougenville merupakan salah satu sanggar terbaik di Kalbar. Untuk tarian, aku tidak banyak catatan, artinya sudah sangat bagus. Aku melihat secara objektif, suatu grup secara keseluruhan, tidak hanya penari tetapi semua unsur pendukung, seperti musik, kostum, dan lain-lain secara detail,” pungkasnya.
Menurutnya dalam satu tarian harus memiliki rasa dan roh serta memperhatikan detail. Bagaimana para penari dituntut bermain dengan wirasa, wiraga, wirama karena kesenian memiliki rasa yang berkuantitas dan berkualitas. “Namun yang terpenting even ini bisa menjadi ajang silaturahmi untuk menjalin hubungan antar seniman se Kalimantan. Kemudian kita bisa melihat dan mengenal beragam tari Japin Melayu antar pesisir yang berbeda,” imbuhnya.
Yuza Yanis Chaniago sebagai pimpinan Sanggar Bougenville menyampaikan banyak terima kasih kepada pemerintah Kota Pontianak yang telah mempercayai sanggar binaannya mengikuti ajang se Kalimantan ini. “Kami bekerja keras membawa nama baik Kota Pontianak agar bisa menjadi yang terbaik dan Alhamdulillah kita mampu mendapatkan tiga predikat terbaik dari empat kategori penilaian,” ucapnya.
Selain itu Yuza berharap mereka bisa tetap eksis membawa nama Pontianak dan Kalbar di tingkat nasional maupun internasional. Karena sejauh ini sebagai salah satu sanggar seni di Kota Pontianak, mereka telah memberikan yang terbaik dengan usaha yang maksimal.
“Tentunya kita tidak pernah puas dan selalu ingin meningkatkan kualitas dan prestasi agar lebih baik lagi. Harapan saya ke depannya pemerintah Kota Pontianak bisa terus memberikan pembinaan terhadap seluruh seniman yang ada, agar para senimannya dapat mengangkat potensi kesenian dan kebudayaan itu sendiri,” tutupnya.
Pontianak Post, Senin 8 Desember 2014/ 16 Shafar 1436 H, halaman 1.