Seminar Tari Melayu yang dilaksanakan pada hari Jumat (17/10/2014), akan membahas Langkah Tari Jepin Empat-empat yang merupakan pakem langkah jepin khas Kota Pontianak. Langkah ini merupakan buah karya pendiri Sanggar Bougenville, H. M. Yanis Chaniago.
Dalam rangka Peringatan Hari Jadi 243 tahun Kota Pontianak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak melaksanakan Seminar Tari Melayu, Festival Tari Melayu dan Festival Lagu Melayu pada 17 – 19 Oktober ini.
Seminar ini bekerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri Pontianak dan Sanggar Bougenville, di Ruang Teater dan Sport Center IAIN Pontianak. Kegiatan ini bertujuan mengarahkan kreatifitas generasi muda pada hal yang lebih positif sekaligus mengenalkan khazanah seni tradisional Melayu Kota Pontianak yang sarat nilai.
“Kami ingin kesenian tradisional kita terinternalisasi di dalam jiwa kaum muda Kota Pontianak. Kami yakin hal itu akan membentuk karakter positif dalam diri kaum muda,” terang Ketua Sanggar Bougenville, H. Yuza Yanis.
Seminar Tari Melayu yang dilaksanakan pada hari Jumat (17/10/2014), akan membahas Langkah Tari Jepin Empat-empat yang merupakan pakem langkah jepin khas Kota Pontianak. Langkah ini merupakan buah karya pendiri Sanggar Bougenville, H. M. Yanis Chaniago.
“Langkah tari ini adalah salah satu warisan kebanggaan Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak, dalam bidang seni tari. Melalui kegiatan ini, kami mengharapkan langkah tari ini semakin dikenal sebagai ciri khas pakem langkah tari jepin Kota Pontianak,” harap Yuza.
Setelah Seminar, keesokan harinya akan dilaksanakan Festival Tari Melayu dan Festival Lagu Melayu. Kegiatan ini diikuti oleh pelajar SMA/ Sederajat se Kota Pontianak.
“Kami ingin memasyarakatkan kesenian tradisional Melayu kepada masyarakat Kota Pontianak, khususnya kepada kaum muda. Ini merupakan amanat yang pernah diutarakan Bapak Walikota Pontianak dalam sambutan beliau pada kegiatan Festival Tari Melayu yang pernah dilaksanakan tahun lalu,” tutur Yuza.
Kekayaan khazanah kesenian tradisional Melayu Kota Pontianak harus senantiasa digali dan dikembangkan. Menurut Yuza, jika budaya adalah karakter bangsa, maka kesenian tradisional adalah identitas komunal kita. “Di tengah himpitan budaya asing, jati diri kita ditentukan oleh basic identitas ketimuran kita. Keluhuran budaya kita tidak mungkin dibandingkan dengan budaya Barat yang erotis dan individualis. Karena itu, segala macam inovasi harus kita lakukan untuk mempertahankan seni budaya tradisional kita,” menurut Yuza